Horor Pencabutan Gigi: Cabut Gigi menyebabkan Kebutaan, Mitos atau Fakta?

Sering mendengar kalimat, "Hati-hati kalau mau cabut gigi, nanti bisa buta lho.."

I bet you do.

Sepanjang 'sejarah' saya melakukan pencabutan gigi, setidaknya hampir 40% selalu mengkonfirmasi kebenaran hal tersebut, dan selalu saya jawab bahwa hal tersebut kurang benar.

Kenapa saya bilang 'kurang' dan bukannya 'tidak'?

Kenyataanya, memang pernah terjadi pasien mengalami kebutaan sesaat setelah tindakan pencabutan gigi.

Sebelum panik, mari kita ulas satu persatu.

Well, kalau Anda membayangkan bahwa dengan pencabutan gigi lalu saraf mata ikut terputus, perkiraan tersebut salah.


Gambar di atas merupakan ilustrasi persarafan kraniofasial oleh Nervus Trigerminus. Nervus Trigerminus memiliki 3 cabang saraf, yaitu: 

1. Nervus Ophtalmicus (V1); menginervasi daerah sekitar mata
2. Nervus Maxillaris (V2); menginervasi gigi- geligi rahang atas dan jaringan sekitarnya
3. Nervus Mandibularis (V3); menginervasi gigi-geligi rahang bawah dan jaringan sekitarnya.

Walaupun berasal dari induk saraf yang sama, kerusakan pada salah satu cabang saraf tidak mempengaruhi fungsi cabang saraf yang lain karena daerah yang diinervasi pun berbeda. Lain halnya dengan kasus parestesi pada tindakan odontektomi (pencabutan gigi yang impaksi), di mana trauma pada cabang saraf V3 dapat menyebabkan rasa kebas (mati rasa) pada pipi, bibir, dan gusi. Hal ini dikarenakan cabang saraf V3 memang menginervasi jaringan-jaringan tersebut. Bayangkan Anda memiliki rangkaian bola lampu yang disusun secara seri. Lalu kabel yang menghubungkan bola lampu tersebut putus di satu titik. Otomatis, titik berikutnya tidak mendapat suplai arus listrik. Kira-kira begitu konsep analogi parestesi.

Lalu bagaimana dong dengan kasus kebutaan sesaat setelah pencabutan gigi yang tadi saya sebut?

Dalam sebuah artikel berjudul An Eye for A Tooth (klik di sini untuk membaca artikel asli) yang ditulis oleh Alexander Kiderman dan Jawad A.A. Tair yang dirilis oleh The Gerodontology Society pada awal 2013 kemarin, kebutaan sementara (transient blindness) setelah pencabutan gigi disebabkan oleh komplikasi sistemik.

Pada kasus yang dipaparkan di artikel tersebut, seorang wanita mengeluh pandangannya kabur dan seperti ada tirai putih yang menghalangi penglihatannya, setelah gigi geraham kedua rahang atasnya dicabut. Setelah lewat 3 hari penglihatannya masih belum membaik, pasien tersebut dirujuk ke ophtalmologist. Diagnosa yang diberikan adalah retinal tear & vitreous hemorrhage. Dokter memberikan terapi laser dan seminggu kemudian, penglihatannya kembali normal. 

Mari kita lihat gambar berikut ini.

sumber : http://www.drcivils.com

Rahang atas merupakan struktur yang membentuk lantai/ dasar dari sinus maxillaris. Gigi-geligi rahang atas pun merupakan kesatuan dengan seluruh struktur tengah wajah dan tulang tengkorak. Tindakan pencabutan gigi dapat menimbulkan traksi/ tekanan yang dapat dirasakan seluruh bagian wajah dan kepala, yang berlanjut menjadi stress. Kebanyakan pasien merasakan stress selama prosedur pencabutan gigi, sehingga sangat mungkin tekanan darah mereka pun ikut naik dan menyebabkan terjadinya retinal tear dan perdarahan pada cairan di dalam bola mata.

Hal lebih serius yang dapat menyebabkan gangguan retinal dan cairan vitreous yang disebutkan di atas adalah Valsalva manoeuvre. Pada Valsalva manoeuvre, terjadi peningkatan tiba-tiba pembuluh darah vena sehingga menyebabkan pembuluh kapiler pada retina pecah. Pasien dengan riwayat blood discrasia, diabetes mellitus, sickle cell anemia, hipertensi, dan riwayat ocular venous occlusions tentunya memiliki resiko lebih tinggi akan terjadinya Valsalva retinopathy. Bila sudah terjadi, treatment yang disarankan adalah yang sifatnya konservatif, yaitu dengan menghentikan konsumsi antikoagulan dan menghindari aktivitas berat. Bila perlu, dapat dilakukan tindakan bedah dengan laser.


Oleh karena itu, SANGAT PENTING untuk memberikan informasi sebenar-benarnya kepada dokter gigi yang merawat akan riwayat kesehatan Anda. Bila dokter gigi tidak/ lupa menanyakan, Anda dapat berinisiatif menginformasikan riwayat kesehatan termasuk dengan obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Penting juga bagi Anda untuk tetap rileks selama prosedur pencabutan. Jangan karena saking tegangnya, Anda sampai menahan nafas. Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi-komplikasi di atas. Bila Anda rileks, dokter gigi dapat dengan tenang melakukan pencabutan sehingga prosesnya pun berlangsung cepat. Dengan begitu, kedua pihak sama-sama senang, bukan? :)